Internasional

Jelang Lebaran, Iftar Bersama Wapres Afsel : Masyarakat Muslim Turut Membentuk Sejarah Afsel

Redaksi

 

 

 

Cafe Town – Aceh Monitor com. Jumlah masyarakat muslim di Afrika Selatan saat ini mencapai sekitar 1.050.000 orang atau 1,2% dari penduduk Afrika (62 juta).

Angka tertinggi penduduk muslim tinggal di propinsi Western Cape sebesar 6,6% dari jumlah penduduk propinsi, diikuti oleh propinsi Kwazulu/Natal dan Gauteng sekitar 1,5%. Sementara propinsi lain (Afsel memiliki 9 propinsi) rata-rata di bawah 1%.

Meskipun hanya sekitar 1,2% namun masyarakat muslim memberikan kontribusi signifikan sebesar 12% dari aktifitas perekonomian Afsel.

Dalam acara Iftar di Tuscany Gardens Cape Town tanggal 5 April 2024, Wapres Afsel HE Paul Mashatile atas nama pemerintah dan rakyat Afsel mendoakan keberkahan Ramadan bagi seluruh masyarakat muslim baik di Afsel maupun di seluruh dunia.

Wapres memandang silaturahmi masyarakat muslim penting dalam membangun kohesi sosial dan nation building di semua sektor masyarakat yang menjadi pondasi iklusifitas dan kesetaraan .

Masyarakat muslim memainkan peran penting dalam membentuk sejarah Afsel dan mewujudkan Afsel yang lebih baik.

Disampaikan pula apresiasi atas peran Muslim Judicial Council dalam pendidikan melalui sekolah-sekolah unggulan dan pemberdayaan masyarakat.

Sebagai catatan, perkembangan Islam di Afsel tidak lepas dari peran penting para ulama pejuang nusantara Indonesia sejak tahun 1600an.

Banyak ulama dan pendatang muslim Indonesia yang bahkan menjadi bagian penting perjuangan Afrika Selatan melawan kolonialisme. Diantara mereka adalah Syekh Yusuf Al Makassari Al Bantani dan Abdullah bin Qadhi Abdussalam, yang diasingkan ke Afrika Selatan.

Syekh Yusuf Al Makassari Al Bantani, lahir pada 3 Juli 1626 dari Kerajaan Gowa.

Pada tahun 1664 Syekh Yusuf
tinggal di Banten dan bersama Sultan Ageng Tirtayasa melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda.

Syekh Yusuf selanjutnya berhasil ditangkap. Belanda selanjutnya mengasingkan Syekh Yusuf ke Afrika Selatan pada 27 Juni 1693, bersama 49 orang pengikut menggunakan kapal bernama Voetboeg.

Syekh Yusuf tercatat sebagai peletak dasar agama Islam di Afrika Selatan, dan dianugerahi penghargaan dari Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Afrika Selatan atas perlawanan melawan kolonialisme. Sosok Syekh Yusuf diyakini menginspirasi Nelson Mandela dalam perjuangan melawan apartheid.

Pada tahun 2005 Presiden Afrika Selatan Oliver Reginald Thambo menganugerahi beliau dengan the Order of the Companions of OR Tambo in Gold.

Sementara itu, Abdullah bin Qadhi Abdussalam yang lebih dikenal dengan panggilan Tuan Guru lahir di Tidore pada 1712. Beliau merupakan ulama besar Indonesia dan menjadi penasihat Sultan Jamaluddin di Maluku. Karena aktif melakukan perlawanan terhadap VOC, Tuan Guru diasingkan ke Cape Town.

Tuan Guru tiba di Cape Town pada 1780 dan dipenjara di Robben Island (30 menit dari Cape Town), pulau tempat Nelson Mandela dipenjara semasa apartheid.

Selama dipenjara Tuan Guru menulis ulang Al-qur’an berdasarkan ingatannya. Mushaf yang tersimpan di Masjid Auwal tersebut setelah diteliti, akurasinya mendekati sempurna.

Setelah bebas Tuan Guru menetap di Cape Town dan melanjutkan dakwah Islam, termasuk membangun madrasah – a religious school of Islam dan masjid.

Madrasah tersebut dalam perkembangannya dibangun menjadi masjid yang menjadi masjid pertama di Afsel.

Kehadiran para ulama dan pejuang Indonesia sejak tahun 1600an berperan penting dalam perkembangan masyarakat muslim dan diaspora Indonesia di Afsel.

Saat ini sekitar 330.000 orang merupakan diaspora Indoneaia. Hal ini menjadi perekat penting hubungan Indonesia- Afsel yang pada tahun ini kedua negara akan memperingati 30 tahun hubungan diplomatik.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Populer

To Top
error: Content is protected !!