Bireuen – Aceh Monitor Com. Wabah Covid -19 telah ikut mempengaruhi setiap kehidupan umat manusia, diberbagai belahan dunia saat ini. Tidak terkecuali di Provinsi Aceh. Dampak Corona Virus tersebut, sangat berdampak pada kondisi ekonomi masyarakat akibat terbatasnya ruang gerak dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Mencermati kondisi tersebut, Dewan Pimpinan Wilayah Forum Relawan Bansigom Aceh Kabupaten Bireuen, saat ini mulai mengembangkan usaha beternak puyuh. Menurut Ketua FORBA Bireuen, “Prospek pengembangan usaha beternak Puyuh sangat menjanjikan saat ini, karena belum diisi secara korporasi di Bireuen, selain itu, biaya produksi puyuh jauh lebih ekonomis dibanding biaya produksi ternak daging dan telur ayam.
Produktivitas reproduksi burung puyuh sangat bagus sehingga mendorong tingkat produksi yang tinggi. Pada usia 45 hari, burung puyuh sudah mampu bereproduksi dengan tingkat produksi telur sebanyak satu butir per hari, begitu pun di hari-hari”, demikian imbuh Munawar dengan penuh semangat. Selasa 01/09/20.
Ditengah kondisi Pandemi Covid-19 ini, beternak puyuh bisa menjadi usaha alternatif masyarakat yang berkelanjutan, karena burung puyuhnya terus bertelur setiap hari. Dengan demikian secara pendapat, biaya hidup masyarakat akan terpenuhi, apalagi peluang pasar & permintaan konsumen yang terus meningkat.
Usaha Peternakan burung puyuh yang dikembangkan oleh Forba Bireuen saat ini bekerjasama dengan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan Kota Juang Kab. Bireuen.
Ketua DPW Forba Bireuen menambahkan
usaha yang mereka lakukan saat ini sebagai pilot proyek yang nantinya akan dikembangkan menjadi usaha masyarakat. Menurut Munawar.
“Bila dihitung secara ekonomis dan nilai gizi, tiga butir telur puyuh seharga Rp 1.000 sama dengan nilai protein sebutir telur ayam kampung seharga Rp 2.500. Artinya, konsumen juga dapat menikmati keuntungan tersendiri dgn mengkonsumsi telur puyuh dibanding telur ayam.
Terlebih usaha beternak burung puyuh mampu dipelihara hingga 18 bulan lamanya. Tapi dengan catatan, budidaya ternaknya harus dilakukan secara benar. Sehingga nilai gizi dan kekuatan reproduksi burung puyuhnya terus terjaga”.
Tentu niat dan kontribusi gagasan para relawan yang tergabung dalam Ormas Forba Bireuen ini, akan maksimal, bila didukung permodalan yang memadai. Oleh karena itu, merekam sangat membutuhkan perhatian Pemerintah Aceh dalam hal pendanaan. Kita berharap, peternakan puyuh bagian dari usaha memperkuat ketahanan pangan, khususnya di Aceh. (..)
